1.
Teori Multiple Intelligences
Menurut bahasa Intelligences (kecerdasan)
diartikan sebagai kemampuan dalam memahami hal-hal yang abstrak. Sedangkan
menurut istilah kecerdasan dapat didefinisikan sebagai kesanggupan seseorang
untuk beradaptasi dalam berbagai situasi dan dapat diabstraksikan pada suatu
kualitas yang sama. Sementara itu Horward Gardner, seorang profesor psikologi dari Harvard
University menyatakan bahwa Intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang beragam dan dalam
situasi yang nyata. Menurutnya suatu kemampuan disebut kecerdasan jika:
a.
Menunjukkan suatu kemahiran dan ketrampilan seseorang
dalam memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya.
b.
Adanya unsur pengetahuan dan keahlian.
c.
Bersifat universal dan harus berlaku bagi banyak orang.
d.
Kemampuan didasarkan karena unsur biologis, bukan sesuatu
yang terjadi karena latihan.
e.
Kemampuan sudah ada sejak lahir, meski di dalam pendidikan
dapat dikembangkan.
Teori yang dikemukakan oleh Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan
seseorang tidak dapat diukur dengan tes-tes IQ, karena tes tersebut hanya mampu
mengukur sebagian kecil dari kecerdasan yang dimiliki seseorang. Selanjutnya ia
menemukan bahwa tidak ada satupun kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu
macam kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang ada atau sering disebut
kecerdasan ganda (multiple inelligences). Kecerdasan-kecerdasan tersebut
bersifat mandiri satu dengan yang lain. Sebagai bukti adanya kecerdasan ganda, Gardner
menunjukkan kejadian-kejadian di mana kemampuan kognitif tertentu tetap
bertahan meskipun terdapat kerusakan otak. Ia menunjuk pada anak-anak yang
jenius dan individu-individu yang mengalami keterbelakangan (seperti autis)
tetapi memiliki keahlian luar biasa dalam bidang tertentu.
Dari teori yang dikemukakan Gardner tersebut dapat diketahui bahwa setiap
individu memiliki berbagai macam kecerdasan yang terdapat dalam dirinya.
2.
Macam-Macam Multiple Intelligences
Howard Gardner
mengungkapakan setiap orang memiliki bermacam-macam jenis kecerdasan yang
tersusun menjadi satu dengan cara yang unik dan kombinasi yang berlainan. Hal
ini menegaskan bahwa kecerdasan yang ada pada seseorang bukan hanya berkaitan
dengan berpikir (kecerdasan logis dan matematis) saja, melainkan terdapat
berbagai macam kecerdasan lain. Adapun macam-macam kecerdasan tersebut
diantaranya adalah:
a.
Kecerdasan Linguistik
Kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik
secara lisan maupun tulisan untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan yang
dimilikinya.
Kemampuan berbahasa juga terkandung dalam ayat Al-Qur’an
yang menyatakan bahwa manusia disebut makhluk Al-Bayan yang mengandung arti
mampu berbicara dan berkomunikasi. Firman Allah dalam Surat Al-Rahman 1-4:
“ (Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran.
Dia menciptakan manusia. mengajarnya pandai berbicara” (Q.S. Al-Rahman: 1-4)
Pada anak-anak dengan kecerdasan linguistik dapat dilihat
dari kemampuan baca tulis, berkomunikasi, bercerita, menguraikan dan
menghubungkan kata-kata dengan tepat, pandai mengingat atau menghafal dan memiliki
lebih banyak kosa kata untuk anak seusianya.
Cara belajar terbaik untuk anak-anak dengan kecerdasan
ini adalah dengan mengucapkan, mendengar dan melihat kata-kata. Orangtua dapat
memotivasinya dengan menyediakan banyak buku, sering mengajak mereka berbicara,
main tebak kata, bercerita sampai menggunakan ide-ide mereka atau perasaan
mereka ke dalam sebuah tulisan.
b.
Kecerdasan Logis Matematis
Kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan dalam mengolah
angka atau kemahiran dalam menggunakan logika. Anak-anak dengan kecerdasan ini
mempunyai kemampuan berhitung/atitmatik yang baik (di luar kepala), senang
bertanya, bereksperimen, menyusun atau merangkai teka-teki, suka permainan
strategi (catur).
Orang tua dalam hal ini sebaiknya lebih sabar dalam
melayani berbagai pertanyaan yang diberikan oleh mereka dan menyiapkan jawaban
yang logis, meyediakan buku-buku pengetahuan dan ensiklopedi, menyediakan alat
permainan strategi serta mengajarkan metode sempoa aritmatika.
c.
Kecerdasan Spasial/Visual
Kemampuan sesorang untuk memahami secara lebih mendalam
antara objek dan ruang.Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan dalam mengenal bentuk dan
benda secara tepat, menggambarkan suatu hal/benda yang ada di dalam pikiran dan
mengubahnya ke dalam bentuk nyata. Selain itu mereka juga memiliki persepsi
yang tepat tentang suatu benda dengan ruang disekitarnya dan dapat memandang dari
segala sudut. Anak-anak
dengan kecerdasan visual memiliki ciri suka menggambar, peka terhadap citra,
warna dan bentuk, senang bermain puzzle, permainan rancang bangun dan suka
berimajinasi atau menghayal.
Orang tua perlu memberi kesempatan yang luas pada anak
untuk mengasah kemampuan menggambarnya, menyediakan alat permainan yang sesuai
dengan minatnya dan menggunakan media seperti film, CD, peta sebagai sarana
belajar.
d.
Kecerdasan Kinestetik-Jasmani
Kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh sesuai
dengan fungsinya, bahkan mampu mengolah gerakan tubuh yang menarik. Pada umumnya mereka menyukai aktivitas yang bergerak seperti berlari dan
melompat, menyukai olahraga, ketrampilan dan kerajinan tangan, pandai menirukan
gerakan atau perilaku orang lain.
Orang tua perlu
memfasilitasi anak-anak dengan kecerdasan ini melalui kegiatan yang banyak
melibatkan kemampuan fisik/gerak seperti bermain bola, berenang, bela diri.
e.
Kecerdasan Musikal
Kecerdasan yang melibatkan kepekaan terhadap irama atau
melodi musik, kemampuan menyanyikan sebuah lagu, memainkan alat musik,
menciptakan lagu atau sekedar menikmati musik. Hal ini dapat dijumpai dengan
anak yang cepat menirukan nada/lagu, pandai dalam mengubah atau menciptakan
lagu, senang dan pandai bernyanyi, senang belajar dengan iringan musik.
Orangtua hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk
belajar dengan ketukan/irama, bermain musik atau belajar menyanyi.
f.
Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan mengenali
bentuk-bentuk alam di sekitar kita, seperti burung, bunga, pohon, flora dan
fauna. Anak-anak dengan kecerdasan ini merupakan anak yang mencintai alam dan
lingungannya, senang berkebun, bertani, memelihara binatang, membawa pulang
serangga, mengumpulkan bebatuan, pandai melihat perubahan cuaca dan meneliti
tanaman.
Cara mengajar untuk mereka adalah dengan membawanya ke
alam terbuka, berpetualang, melakukan penelitian, mengamati makhluk hidup,
mengunjungi kebun binatang.
g.
Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan seseorang dalam hal dapat memahami dan
bekerjasama dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama dapat tanggap dengan
suasana hati orang lain. Pada tingkat yang lebih tinggi, kecerdasan ini dapat
membaca konteks kehidupan orang lain dan dapat mengambil keputusan.
Anak-anak dengan kecerdasan ini biasanya mudah bergaul/cepat beradaptasi, punya
banyak teman, suka permainan kelompok, mempunyai bakat sebagai pemimpin.
Cara belajar yang tepat bagi mereka adalah dengan berkelompok, mengajari teman-temanya,
bersilaturahmi.
h.
Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan dalam memahami diri sendiri, mampu menempatkan
diri, mengetahui kelemahan dan kekuatan diri serta pandai dalam mengelola
emosi/perasaan. Pada anak-anak biasanya mereka lebih terlihat percaya diri,
mampu belajar dari kesalahan, tepat dalam mengekspresikan emosi, mudah
berkonsentrasi. Mereka dapat diberi kepercayaan untuk menempatkan target,
memilih kegiatan dan memotivasi diri sendiri.
Peran orang tua dalam hal ini perlu memberi kepercayaan
kepada anak dengan mendukung kemandirian mereka dalam berpikir dan
merencanakan, termasuk menghargai privasi mereka. Kecerdasan intrapersonal dan
interpersonal dapat disebut dengan kecerdasan emosional.
i.
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan dalam memahami kebermaknaan hidup. Atau
kepekaan seseorang untuk memahami dan meyakini keberadaan Tuhan serta terlibat
dalam aktivitas keruhanian. Pada anak-anak, potensi kecerdasan spiritual mudah
untuk diarahkan sejak dini. Anak dengan kecerdasan ini lebih mudah untuk
menerima konsep-konsep tentang Allah SWT, tertarik dengan kegiatan keagamaan,
mampu mengambil pelajaran dari pengalaman, peka terhadap kesalahan, tampak
lebih religius untuk anak seusianya.
Peran orang tua disini adalah memberi kesempatan,
dukungan dan apresiasi pada anak sesuai dengan kemampuan dan kemauanya. Seperti
mengajak sholat ke Masjid, melatih puasa di bulan Ramadhan, mengikutkan di TPQ.
j.
Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan yang mencangkut kepekaan dan kemampuan
seseorang dalam menghayati dengan benar keberadaan dirinya dan tujuan hidupnya.
Anak pada kecerdasan ini bisa belajar sesuatu dengan melihat gambaran besar:
“mengapa kita disini?”, “untuk apa kita disini?”, “bagaimana posisiku dalam
keluarga, sekolah dan teman-teman?”.
Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memiliki nilai dan
norma yang terdapat dalam masyarakat dan menunakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti anak mengetahui tidak boleh merebut mainan teman dan tidak
boleh berkelahi.
Peran orang tua dalam kecerdasan ini adalah dengan cara
membantu anak untuk memahami kebesaran alam tempatnya dilahirkan, membuka
pikirannya pada hal-hal yang lebih besar dan menambah rasa kagumnya terhadap
ciptaan Tuhan.
Meskipun pada dasarnya semua orang memiliki semua macam
kecerdasan tersebut namun dalam tingkatan yang bervariasi, sehingga tidak
semuanya berkembang atau dikembangkan pada tingkatan yang sama. Pada umumnya
satu kecerdasan lebih kuat dari pada yang lain, tetapi bukan berarti hal
tersebut besifat permanen, karena di dalam diri manusia terdapat kemampuan
untuk mengaktifkan semua kecerdasan itu.Dengan kata lain, kecerdasan bukanlah sesuatu yang tetap atau mati dan tidak
dapat dikembangkan.
Pendidikan dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat
penting bagi pengembangan kecerdasan seseorang secara maksimal. Dengan demikian,
seseorang anak yang memiliki kecerdasan kurang dibidang matematis-logis dapat
dibantu dan dibimbing agar dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan
matematis-logis. Hal inilah yang membedakan konsep kecerdasan ganda (Multiple
Intelligences) dengan kecerdasan konvensional. Sehingga peran guru sangat penting dalam
meningkatkan kecerdasan pada masing-masing peserta didik.
3.
Aplikasi Multiple Intelligences dalam Kegiatan Pembelajaran
Secara umum kecerdasan yang dimiliki setiap orang dapat
dikembangkan melalui program pendidikan. Untuk menerapkan teori multiple intelligences dalam program pembelajaran diperlukan usaha
yang serius dari guru. Guru harus membiasakan diri mengembangkan program
pembelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi atau dirinya
sendiri. Sehingga anak dapat mengembangkan intelegensi secara maksimal.
Terutama anak usia sekolah dasar (SD), karena pendidikan di SD/MI merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai
peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Adapun cara yang dapat digunakan guru untuk mengetahui
arah kecerdasan setiap siswa dalam pembelajaran di kelas seperti dengan mengetahui
apa yang dilakukan siswa ketika mereka mempunyai waktu luang. Setiap guru dapat
menggunakan catatan-catatan kecil praktis yang dapat digunakan untuk memantau
kecendrungan perkembangan kecerdasan siswa di kelas. Guru juga dapat menyusun cheklist
yang berisi kecerdasan-kecerdasan tersebut. Cheklist dapat digunakan
untuk memantau kecerdasan siswa. Selain cheklist, ada cara lain yang
dapat digunakan, yaitu mengumpulkan dokumen berupa foto, rekaman-rekaman lain
yang berhubungan dengan aktivitas siswa, dan catatan-catatan di sekolah yang
berhubungan dengan peringkat nilai semua mata pelajaran.
Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kecerdasan ganda antara lain, dengan menyediakan hari-hari
karier, study tour, biografi, pembelajaran terprogram, kegiatan
eksperimen, majalah dinding, papan display, membaca buku-buku yang bertujuan
untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat tabel perkembangan kecerdasan
ganda atau human intelligience hunt.
Pada setiap siswa memiliki perbedaan kecendrungan dalam
perkembangan kecerdasan ganda. Oleh karena itu, guru perlu menggunakan strategi
umum maupun khusus dalam pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan siswa
secara optimal. Teori kecerdasan ganda juga mengatakan bahwa tidak ada satu
pendekatan atau strategi yang cocok digunakan pada semua siswa. Dalam hal
pengukuran, kecerdasan ganda lebih mengutamakan pada studi dokumentasi dan
proses pemecahan masalah. Apabila kegiatan diatas dapat dilakukan, ketrampilan
kognitif siswa dapat berkembang dengan sendirinya.
Alternatif lain yang dapat digunakan dalam rangka
memantau perkembangan kecerdasan siswa di kelas yaitu dengan memberdayakan
siswa, seperti cheklist yang mencakup kecerdasan-kecerdasan diisi oleh
siswa sendiri atau self monitoring bukan diisi oleh guru. Perkembangan
kecerdasan juga dapat dilakukan dengan teknik tutor sebaya dengan cara guru
menyeleksi siswa yang memiliki keunggulan dalam bidang tertentu yang akan
membimbing teman-temannya yang kurang mampu dalam bidang tersebut. Belajar
seperti ini akan potensial untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal. Sehingga guru dituntut untuk mampu mengetahui
anak-anak yang memiliki kecerdasan unggul dan membentuk kelompok-kelompok sesuai
dengan kebutuhan. Penerapan keceradasan ganda dalam pembelajaran tersebut sangat memerlukan
dukungan dari pihak sekolah maupun orang tua, agar penerapannya dapat
dilaksanakan dengan baik.
4.
Model Peningkatan Multiple Intelligences pada Siswa
SD/MI
Proses
pembelajaran pada siswa SD/MI pada semua bidang studi yang diajarkan di kelas
diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam meningkatkan kemampuan dan
kecerdasan ganda pada siswa tersebut.Adapun cara atau metode dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan siswa
berdasarkan jenis kecerdasan
yang spesifik diantaranya adalah:
a.
Kecerdasan
Linguistik
Dalam
meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Membuat
diskusi kelas yang melibatkan semua siswa. Dimulai dengan sering bertanya
tentang kondisi siswa atau lingkungan sekitarnya, menggali berbagai perasaanya.
Kegiatan seperti ini dapat bermanfaat untuk mengendalikan emosi dan
mengembangkan bahasa.
2)
Membacakan
cerita. Kegiatan membacakan cerita perlu dibiasakan. Jika guru membiasakan membacakan cerita untuk siswa, maka siswa tidak merasakan kegiatan ini sebagai alternatif bermain
tetapi menjadi kebutuhan. Ekspresi dan intonasi penutur cerita juga akan
mengarahkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengeksplorasi bacaan.
3)
Merangkai
cerita. Memberikan siswa potongan-potongan gambar lalu meminta ia menyusunnya
dan bercerita berdasarkan susunan gambar tersebut atau meminta siswa untuk
bercerita tentang pengalamannya. Selain itu guru juga bisa melatih anak untuk
menuliskan tentang perasaan atau pengalamannya.
4)
Bermain
kartu huruf atau kata. Dimulai dari huruf ampelas, kartu huruf, kartu suku kata
sampai kartu kata. Guru meminta siswa bermain tebak-tebakan, misalnya
menyebutkan kata dengan awalan atau akhiran huruf tertentu.
5)
Bermain
teka-teki silang, atau permainan lain yang berorientasi bahasa (monopoli,
scrabble).
6)
Bermain
peran, untuk mencoba berbagai peran sosial di sekitarnya, menyatakan peran
sesuai jenis kelaminnya, mewujudkan imajinasi dan melatih kerja sama. Melalui
dialog dalam bermain peran ini siswa akan berlatih berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain.
7)
Memutar
film drama atau detektif lalu menuliskannya dalam bahasanya sendiri atau
menceritakan apa yang diperkirakan akan terjadi pada cerita selanjutnya. Bisa
juga dengan langsung dijadikan bahan diskusi.
8)
Mengisi
buku harian, dan menulis surat pada teman. Siswa dapat menulis hanya beberapa
baris tulisan.
b.
Kecerdasan
Spasial
Strategi
dalam mengembangkan kecerdasan spasial diantaranya dengan cara:
1)
Mengajak
melukis, menggambar atau mewarnai. Kegiatan ini termasuk kegiatan favorit anak usia
SD/MI pada umumnya. Kegiatan ini juga dapat merangsang kreativitas,
mengembangkan imajinasi, ajang ekspresi dan dapat melatih motorik halus siswa.
2)
Membuat
prakarya, misalnya berbagai lipatan kertas yang akan melatih visual spasial siswa.
Kegiatan ini juga akan membangun kepercayaan diri siswa tersebut.
3)
Menggambarkan
benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak, sehingga siswa dapat
melatih visualnya karena harus membayangkan dulu benda-benda yang akan
digambarnya.
4)
Mengunjungi
berbagai tempat untuk memperkaya pengalamannya dengan melakukan study tour yang
diadakan sekolah, kemudian meminta siswa menggambarkan apa saja yang sudah
dilihatnya. misalnya mengunjungi kebun binatang atau museum.
5)
Bermain
membuat hiasan dengan pelubang kertas yang lubangnya berbentuk aneka hewan atau
benda.
c.
Kecerdasan
Matematis Logis
Adapun
strategi atau metode dalam mengembangkan kecerdasan matematis logis antara lain
dengan:
1)
Bermain
puzzle, selain itu dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga atau
kartu domino. Permainan ini membantu mengasah kemampuan memecahkan masalah dan
menggunakan logika. Biasanya permainan ini dilakukan pada saat mata pelajaran
matematika.
2)
Bermain
dengan bentuk-bentuk geometri, pada anak usia SD/MI dengan mengajak anak
membandingkan perbedaan berbagai bentuk geometri, kegunaan, mengelompokkan, dan
mencari contoh benda di sekitarnya dengan bentuk geometri tertentu.
3)
Guru
mengenalkan bilangan melalui nyanyian, tepuk, dan sajak berirama. Siswa dapat
juga membuat tepuk atau lagu versi sendiri.
4)
Bermain
menyusun pola tertentu, dengan kancing warna-warni atau benda lainnya,
pengamatan atas berbagai rutinitas kejadian sehari-hari sehingga siswa memahami
hubungan sebab akibat.
5)
Eksperimen
sederhana misalnya dengan mencampur warna atau menuang air ke berbagai wadah
dengan bermacam bentuk, mengukur besar kaki, menemukan konsep udara, mengukur
panjang-berat-volume suatu benda, mengamati benda kecil dengan lup, menyeimbangkan
batang kayu dan gantungan pakaian.
6)
Mengajarkan
anak menggunakan komputer dan kalkulator.
d.
Kecerdasan
Musikal
Kecerdasan
musikal dapat dikembangkan menggunakan cara seperti berikut:
1)
Melakukan
karya wisata musik, misalnya guru mengajak siswa mengunjungi stasiun radio/
televsisi/ PH dan studio rekaman.
2)
Mengajak
siswa bermain musik, baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan sendiri
(misal dari kaleng bekas ditutup kertas semen, konser musik dapur, dsb).
3)
Meminta
siswa untuk menciptakan sendiri irama, rap atau senandung, dan jika mungkin
ditampilkan dengan alat musik.
4)
Meminta
siswa untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya saja maupun
dengan melodinya.
5)
Menirukan
berbagai nada, memperdengarkan musik instrumentalia, dan mengajak siswa
bernyanyi bersama-sama.
e.
Kecerdasan
Kinestetik
Strategi
dalam mengembangkan kecerdasan fisik dapat dilakukan dengan cara:
1)
Mengajak
siswa menari bersama. Kegiatan ini menuntut keseimbangan dan keselarasan gerak
tubuh, dan kekuatan serta kelenturan otot.
2)
Bermain
peran. Kegiatan ini menuntut siswa menggunakan tubuh untuk berekspresi sesuai
peran yang dimainkannya.
3)
Bermain
drama. Kegiatan ini mirip bermain peran namun dalam lingkup yang lebih luas.
Sebelum bermain drama biasanya ada latihan kelenturan otot. Selain mengandalkan
stamina dan kelenturan tubuh, drama juga melatihsiswa untuk bersosialisasi.
Jika siswa tampak berbakat dan berminat dapat dimasukkan di sanggar teater.
4)
Berolah
raga. Misalnya berjalan di atas papan titian, berlari, melompat, berenang, buku
tangkis, senam irama pada saat mata pelajaran olahraga.
5)
Mengajak
siswa untuk bermain menempel-menggunting-mencocok-menjahit, dan berbagai
kegiatan keterampilan lainnya.
f.
Kecerdasan
Interpersonal
Cara
atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal
yaitu:
1)
Membuat
peraturan bersama dengan teman satu kelas melalui diskusi, sehingga setiap
siswa merasa memiliki peraturan tersebut. Peraturan ini dapat ditulis pada
didnding kelas.
2)
Melatih
siswa untuk menghargai perbedaan pendapat dengan temannya.
3)
Membuat
sebuah proyek kerjasama dengan teman. misalnya, proyek membuat taman bunga di
depan kelas.
g.
Kecerdasan
Intrapersonal
Meningkatkan
kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Mengajak
siswa berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku. Biarkan siswa
memilih peran yang ia sukai dan guru dapat terlibat dalam permainan tersebut.
2)
Membiasakan
pujian terhadap siswa kita jika berprestasi, untuk membentuk konsep diri yang
positif pada dirinya.
h.
Kecerdasan
Naturalis
Metode yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain :
1)
Melakukan
karya wisata alam, misalnya berjalan-jalan di alam terbuka, mengamati berbagai
jenis binatang di pantai, lalu didiskusikan bersama.
2)
Memelihara
hewan atau membawa hewan ke kelas dan siswa diminta untuk mengamatinya.
3)
Ekostudi,
misalnya berhitung tentang spesies hewan apa saja yang hampir punah, meramalkan
yang akan terjadi jika di bumi tidak ada pohon, dll.
4)
Menanam
pohon di halaman sekolah dan mencatat perkembangannya, atau membuat kebun/taman
sebagai proyek bersama.
5)
Guru
memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya menghemat air dan membuang
sampah pada tempatnya.
6)
Membuat
herbarium sederhanasebagai tugas kelompok.
7)
Menonton
film dokumenter tentang bencana alam, lalu didiskusikan bersama.
8)
Simulasi
sederhana tentang erosi akibat hutan yang gundul.
i.
Kecerdasan Eksistensial
Cara yang dapat digunakan dalam mengembangkan kecerdasan
eksistensi anak diantaranya:
1)
Mengajarkan kepada siswa untuk menerima pendapat teman
pada saat berdiskusi di kelas.
2)
Mengintegrasikan
kandungan ayat al-Qur’an dalam muatan seluruh materi yang sedang
diperbincangkan atau dipelajari bersama, sehingga siswa dapat merenungkan aspek
keimanan dari segala sesuatu yang mereka pelajari. Seperti mengintegrasikan mata pelajaran IPA tentang rangka manusia dengan ayat
yang menyatakan bahwa Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. (Q.S At-Tin: 4)
j.
Kecerdasan Spiritual
Model yang digunakan dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual pada siswa SD/MI adalah dengan cara:
1)
Membiasakan
berdo’a setiap memulai pelajaran.
2)
Mengajarkan siswa tentang tata cara sholat yang benar.
3)
Mengajarkan siswa untuk menghafal surat-surat pendek.
5.
Faktor-Faktor dalam Meningkatkan Multiple Intelligences
Aplikasi teori multiple intelligences atau
kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan dari setiap komponen
sistem sekolah, diantaranya adalah:
a.
Orang tua
Orang tua sebagai salah
satu komponen masyarakat perlu memberikan dukungan yang optimal agar
implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam
konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memberikan sedikit kebebasan pada
anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai
dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
b.
Guru
Dalam hal ini guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam penerapan kecerdasan ganda. Oleh karena itu untuk mencapai hasil yang
diharapkan maka diperlukan dua hal yang diperhatikan oleh guru yaitu:
1)
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan siswa
Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan
proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah
bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
2)
Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara
proporsional
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu
siswa, maka langkah-langkah
berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong mengemukakan
proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori
kecerdasan ganda yaitu:
-
30 % pembelajaran langsung
-
30 % belajar kooperatif
-
30% belajar independent
Implementasi
teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai
sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu
menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan
potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain
mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehingga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa
yang memiliki kecerdasan musikal.
c.
Fasilitas
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda perlu menyediakan
fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat
digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang
spesifik. Fasilitas
dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh
fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda
antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
d.
Sistem Penilaian
Sistem
penilaian yang dilakukan oleh
sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian
yang digunakan pada
sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada
dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan
tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi
pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam
mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok
dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio, proyek mandiri, penyelesaian tugas kreatif, observasi. Sistem
penilaian tersebut
menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam
mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan. Dengan dukungan dari semua komponen sistem sekolah, maka
akan membantu meningkatkan kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa.
DAFTAR RUJUKAN